Tragedi Robohnya Pagar di Karapan Sapi, MPR Madura Raya Soroti Lemahnya Pengawasan dan Keamanan
- account_circle Redaksi
- calendar_month Sen, 23 Jun 2025
- visibility 96

M. Darol, Ketua Majelis Pemuda Revolusi (MPR) Madura Raya (Foto:Istimewa).
SUMENEP – Insiden robohnya pagar pembatas yang menewaskan satu penonton dan melukai tiga lainnya saat lomba Karapan Sapi “Pakar Sakera” di Lapangan Giling, Sumenep, Jawa Timur menuai kritik keras dari kalangan masyarakat.
Kali ini, sorotan datang dari Ketua Majelis Pemuda Revolusi (MPR) Madura Raya, M. Darol, yang menilai aparat dan panitia diduga tidak menjalankan fungsi pengawasan dengan baik.
Menurut Darol, peristiwa tragis yang terjadi pada Minggu (22/6/2025) tersebut merupakan bukti lemahnya sistem pengamanan dan manajemen kerumunan di lokasi acara, meskipun diketahui bahwa kegiatan tersebut dihadiri oleh ribuan warga dari berbagai daerah di Madura.
“Ini bukan semata-mata musibah biasa. Ini adalah kegagalan sistemik dalam menjamin keselamatan publik. Aparat keamanan, termasuk kepolisian, harusnya sudah mengantisipasi potensi kerawanan, apalagi pagar tersebut sudah diketahui dalam kondisi miring,” ujar Darol kepada Klik Times, Minggu (22/6/2025).
Aktivis bumi sumekar itu menyayangkan sikap reaktif aparat yang hanya fokus pada evakuasi pascakejadian tanpa adanya langkah preventif sebelum tragedi terjadi. Ia mempertanyakan peran Polres Sumenep dalam aspek manajemen risiko selama acara.
“Kenapa dibiarkan ada penonton naik ke atas pagar? Di mana fungsi pengawasan saat massa mulai tidak terkendali? Harusnya ada perimeter pengamanan dan pemantauan intensif, apalagi ini acara resmi tingkat kabupaten,” imbuhnya.
Selain menyoroti pihak kepolisian, Darol juga mengkritik panitia pelaksana dan Pemerintah Kabupaten Sumenep yang menurutnya lalai dalam mempersiapkan infrastruktur pendukung acara.
Ia menyebut, tembok pembatas setinggi 4 meter dan panjang 25 meter yang roboh itu merupakan struktur lama yang seharusnya mendapat perhatian teknis sebelum dipakai untuk kegiatan besar.
“Pagar itu sudah tua dan miring. Jika tetap digunakan tanpa penguatan atau pembatasan area, jelas itu bentuk pembiaran. Ini persoalan tanggung jawab publik bukan hanya soal tradisi,” katanya.
MPR Madura Raya kini mendesak adanya investigasi menyeluruh atas peristiwa ini termasuk audit teknis bangunan serta evaluasi SOP pengamanan kerumunan. Ia berharap kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
“Jangan sampai tragedi ini menjadi ‘normal baru’ dalam setiap kegiatan rakyat. Kegiatan budaya semestinya menggembirakan bukan malah menelan korban jiwa,” pungkas Darol.
Sementara itu, pihak Polres Sumenep sejauh ini hanya menyampaikan bahwa proses evakuasi korban telah dilakukan dengan cepat dan situasi lomba secara umum berlangsung aman dan kondusif.
Namun, belum ada penjelasan detail mengenai langkah investigatif maupun evaluasi internal yang dilakukan terkait robohnya pagar tembok di sisi timur lapangan yang diketahui berbatasan langsung dengan Masjid Al-Muhajirin, Desa Pangarangan.
Hingga berita ini diterbitkan, Polres Sumenep belum memberikan tanggapan terhadap kritik yang dilayangkan oleh MPR Madura Raya terkait kemungkinan kelalaian dalam aspek pengamanan acara.
- Penulis: Redaksi