PAMEKASAN – Nama pengusaha asal Kadur, Pamekasan, berinisial KU, kembali menjadi perhatian publik. Ia diduga kuat sebagai otak di balik jaringan distribusi rokok ilegal asal Madura yang kini meluas hingga wilayah Jabodetabek.
Dugaan ini mencuat setelah sejumlah informasi lapangan mengungkap pola distribusi yang dilakukan KU dan anak buahnya. Rokok tanpa pita cukai bermerek New Hummer dan Newcastel dikirim secara rutin menggunakan mobil travel pribadi dengan modus menyamarkan dus rokok sebagai barang bawaan penumpang umum.
“Berangkat dari gudang Kadur, masukin dus malam hari, langsung ke Surabaya lalu ke Jakarta. Kadang lewat Bangkalan. Supirnya sudah hafal mana jalan yang aman dari razia,” ungkap AP, Senin (28/7/2025).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ironisnya, lanjut dia, meski nama KU telah berkali-kali disebut dalam laporan masyarakat, aparat penegak hukum terkesan hanya menyentuh lapisan bawah dari jaringan tersebut. Penindakan hanya menyasar sopir travel, kurir kecil hingga pemilik warung pengecer, sementara sang aktor utama tak tersentuh hukum.
KU disebut memiliki fasilitas lengkap mulai dari gudang penyimpanan, jalur logistik antarpulau hingga sistem distribusi yang terstruktur. Bahkan, ia diduga mendapat perlindungan politik yang membuat aktivitas ilegalnya tetap berjalan mulus selama bertahun-tahun.
“Jaringan KU itu sangat rapi. Ini bukan hanya soal pelanggaran cuka tapi juga keberanian aparat. Penindakan yang ada sejauh ini hanya kosmetik. Hanya permukaan yang disentuh, sementara inti jaringannya dibiarkan utuh,” kata seorang sumber lain.
Namun begitu, sorotan paling tajam kini mengarah pada Bea Cukai Madura. Lembaga ini dinilai tidak memiliki keberanian dan terkesan menutup mata terhadap pergerakan besar jaringan rokok ilegal yang sudah berjalan terang-terangan.
Berbagai pihak termasuk pengamat kebijakan publik menilai lemahnya penindakan ini sebagai indikasi pembiaran terstruktur dan defisit integritas dalam lembaga penegak hukum.
“Kalau pola pengiriman dan jalurnya itu-itu saja, kenapa tidak ada penyergapan besar? Apa Bea Cukai tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?” ujar seorang pengamat kebijakan publik yang juga enggan disebutkan namanya.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada pernyataan resmi dari Bea Cukai Madura terkait dugaan kuat keterlibatan KU dan jaringan distribusinya.
Namun masyarakat mulai kehilangan kesabaran dan mempertanyakan komitmen aparat dalam memberantas kejahatan ekonomi berskala besar.
Distribusi ilegal ini dianggap lebih dari sekadar pelanggaran cukai. Ini adalah ujian besar bagi integritas aparat khususnya Bea Cukai Madura. Ketika hanya pemain kecil yang ditindak dan mafia besar seperti KU dibiarkan bebas, kepercayaan publik terhadap institusi hukum kian runtuh.
“Selama KU masih bebas dan aparat diam, rakyat akan terus bertanya: hukum ini melindungi siapa?” tegas sumber yang juga seorang aktivis di Madura.