SUMENEP – Ketua Forum Komunikasi Pemerhati Petani (FKPP) Kabupaten Sumenep Ach. Farid Zayyadi angkat bicara soal anjloknya harga tembakau Madura yang dinilai sangat merugikan petani.
Menurutnya, penurunan harga jual tembakau jenis tegal dan gunung yang kini hanya berada di kisaran Rp54.000 hingga Rp64.000 per kilogram, jauh dari harapan para petani, merupakan kondisi yang memprihatinkan.
Terlebih lagi, berdasarkan data resmi biaya pokok produksi (BPP) yang dikeluarkan Pemkab Pamekasan sebagai daerah induk pengawasan tembakau Madura, harga tersebut sudah tidak relevan dengan beban yang ditanggung petani. Untuk diketahui, BPP untuk tembakau jenis tegal dipatok Rp54.000 dan jenis gunung Rp64.000.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Terus terang, saya geram. Sebagai petani dan pemerhati, saya turun langsung ke lapangan ke Guluk-Guluk, Pasongsongan, Lenteng hingga Ganding. Semua mengeluhkan hal yang sama. Biaya tanam tembakau dari olah tanah, tanam, pupuk, panen hingga rajang mencapai puluhan juta untuk 20 ribu batang,” ujar Farid, Kamis (7/8/2025).
Ia menegaskan bahwa, harga jual saat ini bukan hanya tidak menutup biaya tetapi juga melukai hati petani yang bertaruh hidup dari komoditas ini.
Tak hanya itu, Ketua FKPP itu juga mempertanyakan proses penetapan BPP yang disebut-sebut melibatkan Pemkab Pamekasan dan pihak pabrikan besar seperti Sampoerna, Wismilak, Djarum dan HUI.
Kendati demikian, Farid sapaan akrabnya mengkhawatirkan bahwa bila benar pabrikan terlibat dalam penetapan harga, maka keputusan yang diambil mencerminkan ketidakberpihakan terhadap petani tembakau Madura.
“Kalau betul pabrik-pabrik besar ikut serta dalam rapat dan menyepakati harga segitu, maka jelas mereka tidak berpihak pada kami para petani. Di mana tanggung jawab sosial mereka? Ini harus kita protes dan lawan bersama,” ujarnya dengan nada tinggi.
Dalam konteks ini, Farid kemudian mengajak para pengusaha rokok lokal di Madura, khususnya yang bermarkas di Sumenep untuk turun tangan menyelamatkan harga tembakau rakyat.
Ia bahkan menantang mereka untuk membeli tembakau Madura di atas harga BPP, sebagai bentuk komitmen nyata terhadap kesejahteraan petani lokal.
“Kalau memang mereka pro-petani, inilah saatnya menunjukkan. Beli tembakau rakyat, khususnya varietas Perancak N95 asal Sumenep, dengan harga yang layak. Kalau bisa Rp70 ribu – Rp80 ribu per kilo,” serunya.
Selain menggugah pengusaha lokal, Ketua Gugus Anti Korupsi Indonesia (GAKI) tersebut juga meminta Bupati Sumenep agar mengambil langkah taktis dengan menjalin komunikasi intensif bersama para pengusaha lokal.
Ia berharap, pemerintah daerah aktif memperjuangkan nasib petani yang kini terjepit oleh harga pasar yang tak bersahabat.
“Diakui atau tidak, Sumenep adalah penghasil tembakau Madura terbesar dan terbaik. Varietas Perancak N95 ini bahkan sudah diakui internasional. Masa kita kalah menghargai petani sendiri?” pungkasnya.