OPINI | KLIKTIMES.ID – Menjelang pelaksanaan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) di UIN Madura tahun 2025, dinamika mahasiswa mulai tampak menggeliat. Para panitia, baik dari unsur organisasi mahasiswa maupun pihak birokrasi kampus, terlihat sibuk mempersiapkan agenda tahunan tersebut.
PBAK bukan sekadar formalitas penyambutan mahasiswa baru, melainkan juga momentum strategis untuk mentransfer nilai-nilai akademik dan budaya kampus. Oleh karena itu, keseriusan dalam perencanaan dan pelaksanaannya menjadi tolok ukur kesuksesan kegiatan ini.
Mahasiswa pun dituntut berperan aktif, tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi juga sebagai subjek yang membentuk atmosfer kampus. Sebagaimana dipahami, kampus tetaplah laboratorium peradaban yang bertugas untuk membentuk anak bangsa menjadi apa yang mereka inginkan, sesuai dengan standard kompetensi dan pencapaian yang ingin diraih di masa yang akan datang.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Keterlibatan mahasiswa dalam kepanitiaan PBAK menciptakan ruang kolaborasi yang penuh dinamika. Diskusi intens mengenai konsep acara, pemilihan tema, hingga penyusunan rundown berlangsung di berbagai ruang rapat maupun forum informal.
Antusiasme ini menunjukkan bahwa mahasiswa UIN Madura memiliki kesadaran kolektif terhadap pentingnya regenerasi nilai dan semangat keorganisasian. Mereka memahami bahwa PBAK bukan hanya kegiatan seremonial, melainkan juga sarana kaderisasi awal yang berfokus pada orientasi pengenalan budaya akademik dan kemahasiswaan (PBAK). Hal ini mencerminkan semangat gotong royong dan kepedulian yang tinggi terhadap keberlangsungan kehidupan kampus.
Namun, dinamika ini tidak lepas dari tantangan dan perbedaan pendapat antar pihak. Beberapa mahasiswa mempertanyakan pendekatan yang terlalu formal atau birokratis dalam pelaksanaan PBAK. Mereka mengusulkan agar pendekatan yang lebih humanis dan kontekstual diutamakan agar mahasiswa baru merasa lebih nyaman.
Perbedaan ini justru menjadi bagian penting dari proses demokrasi kampus yang sehat. Ketika semua pihak mampu menyalurkan aspirasinya dengan cara yang konstruktif, kualitas kegiatan pun akan semakin baik.
Mahasiswa baru sendiri menjadi pusat perhatian dalam seluruh rangkaian PBAK. Mereka adalah generasi penerus yang akan mewarnai kampus dalam beberapa tahun ke depan. Maka penting untuk memastikan bahwa mereka mendapat pengenalan yang tepat mengenai dunia akademik dan organisasi di UIN Madura.
Harapannya, PBAK mampu menumbuhkan rasa memiliki terhadap kampus sejak hari pertama mereka menjejakkan kaki di lingkungan akademik. Dengan pendekatan yang menyenangkan dan edukatif, mahasiswa baru dapat lebih cepat beradaptasi.
Kendati demikian, kontradiksi antar pendapat hingga pelaksanaan pasti akan terjadi. Untuk itu, agaknya kampus harus selalu siap untuk memberikan dan menyediakan layanan terbaiknya agar pengenalan budaya akademik dan kemahasiswaan dapat terealisasi secara penuh dan totalitas.
Selain aspek akademik, pengenalan budaya lokal dan nilai-nilai keislaman juga menjadi bagian penting dari PBAK di UIN Madura. Hal ini selaras dengan identitas kampus sebagai lembaga keagamaan yang berbasis nilai-nilai Islam dan kearifan lokal.
Panitia biasanya menyisipkan materi tentang tradisi pesantren, moderasi beragama, hingga etika sosial mahasiswa. Ini penting agar mahasiswa baru tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan sosial. Integrasi nilai-nilai ini menjadi ciri khas PBAK di UIN Madura.
Dalam prosesnya, media sosial juga memainkan peran besar dalam menyemarakkan dinamika menjelang PBAK. Grup WhatsApp, Instagram, dan platform digital lainnya menjadi ruang komunikasi antara panitia dan peserta. Di satu sisi, ini memudahkan koordinasi dan penyebaran informasi.
Namun, di sisi lain, penggunaan media sosial juga bisa menimbulkan kesalahpahaman jika tidak dikelola dengan bijak. Oleh karena itu, literasi digital menjadi hal yang perlu dikuatkan bagi seluruh elemen yang terlibat. Sehingga PBAK bisa terealisasi dengan lebih maksimal dengan adanya support dari media sosial tersebut.
Pendekatan kreatif seharusnya juga diterapkan sebagai salah satu planning yang bisa digunakan untuk manarik anime mahasiswa baru. Tetapi hal ini juga bergantung pada kesiapan dan kematangan konsep serta kreativitas pihak penyelenggara, pengelola dan pelaksana kegiatan PBAK di kampus UIN Madura. Misalnya, dengan menghadirkan talkshow inspiratif, seni pertunjukan, hingga pelatihan soft skill berbasis interaktif.
Inovasi-inovasi ini tentunya akan mendapat respon positif dari banyak pihak karena dinilai lebih relevan dengan kebutuhan generasi Z. Hal ini menunjukkan bahwa UIN Madura tidak sekadar mempertahankan tradisi, tetapi juga terbuka terhadap perubahan zaman. Kreativitas pihak penyelenggara, pengelola dan pelaksana menjadi kunci agar PBAK tidak monoton dan membosankan.
Peran dosen dan pimpinan kampus pun tidak bisa dikesampingkan dalam menyukseskan PBAK. Mereka bukan hanya sebagai pembicara seremonial, tetapi juga harus hadir sebagai pendamping dan pengarah guna memberikan penyambutan dan orientasi yang efektif kepada mahasiswa baru.
Kolaborasi antara mahasiswa dan pihak birokrasi menunjukkan semangat kemitraan yang baik dalam lingkungan akademik. Hal ini sekaligus memperkuat hubungan emosional antara mahasiswa dan dosen sejak awal. Dengan sinergi ini, suasana akademik yang hangat dan inklusif bisa terbangun. Sementara itu, tantangan lain yang muncul adalah menjaga keberlangsungan semangat mahasiswa pasca-PBAK. Banyak kegiatan mahasiswa yang mengalami penurunan partisipasi setelah momen orientasi selesai.
Oleh karena itu, perlu dirancang program lanjutan yang mampu menjaga semangat awal tersebut. Organisasi mahasiswa, UKM, dan lembaga kampus lainnya harus sigap dalam melakukan pendekatan lanjutan. PBAK seharusnya menjadi pintu awal yang berkelanjutan, bukan sekadar euforia sesaat.
Secara keseluruhan, dinamika mahasiswa menjelang PBAK UIN Madura 2025 menunjukkan semangat kolektif yang menggembirakan. Ini adalah wujud nyata dari partisipasi aktif dan kesadaran akan pentingnya membangun budaya akademik yang sehat, general, kontuitas dan efektif.
Tantangan-tantangan yang ada menjadi ruang belajar dan pembuktian kedewasaan mahasiswa dalam berorganisasi. Besar harapan, PBAK tahun ini benar-benar menjadi pengalaman yang berkesan dan bermakna bagi semua pihak. Dengan semangat kolaborasi, PBAK bisa menjadi pijakan awal menuju kampus yang lebih progresif dan humanis serta menunjang peningkatan budaya akademik dan kemahasiswaan di ruang lingkup kampus.
***
**) Opini Ditulis oleh Abd. Hamid Ramadhany, Ketua Umum Himpunan mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Tarbiyah UIN Madura.
**) Tulisan Opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan tidak termasuk tanggung jawab media klik Times.id
**) Rubrik terbuka untuk umum. Panjang tulisan maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata.
**) Artikel Dikirim ke email resmi redaksikliktimes@gmail.com.
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirimkan apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi Klik Times.id.