JAKARTA – Pernyataan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin saat menghadiri acara pengukuhan Pengurus Besar Ikatan Alumni PMII (PB IKA PMII) memantik kontroversi di kalangan aktivis mahasiswa.
Dalam momen yang seharusnya penuh semangat kebersamaan, Cak Imin melontarkan kalimat yang menyindir organisasi mahasiswa lain, khususnya HMI (Himpunan Mahasiswa Islam).
“Kalau nggak tumbuh dari bawah, itu pasti bukan PMII… itu HMI,” ucap Cak Imin yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK).
Pernyataan tersebut langsung mengundang reaksi dari berbagai pihak termasuk dari mantan Ketua Umum Pengurus Besar HMI periode 2013–2015, Arief Rosyid Hasan.
Ia menilai bahwa pernyataan Cak Imin tidak hanya tidak tepat tetapi juga berpotensi memecah semangat solidaritas antarorganisasi kemahasiswaan yang sudah lama berkontribusi bagi bangsa.
“Fyi, HMI lahir tahun 1947, bukan dari balkon kekuasaan, tapi dari kampus dan masjid-masjid penuh semangat kemerdekaan. Nggak pakai karpet merah, apalagi fasilitas VIP. Yang ada cuma idealisme, iman, ilmu, dan nasi bungkus perjuangan,” ujar Arief Rosyid melalui keterangannya, dikutip dari Manusia Senayan, Senin (14/7/2025).
Arief menilai, jika HMI dianggap tidak berasal dari akar rumput, maka Cak Imin perlu mengulang pelajaran Sejarah Pergerakan Mahasiswa. Menurutnya, jutaan kader HMI berasal dari latar belakang sederhana dan tumbuh bersama semangat membangun negeri.
“Kalau HMI dibilang nggak dari bawah, mungkin beliau perlu ngulang semester Sejarah Pergerakan Mahasiswa 101,” sindir Arief.
Ia juga menekankan bahwa organisasi seperti HMI telah menjadi ruang belajar dan batu loncatan bagi banyak anak muda daerah, bukan semata-mata arena berburu jabatan. Oleh karena itu, komentar seperti yang dilontarkan Cak Imin dianggap tidak bijak, terlebih saat ia tengah menjabat sebagai pejabat tinggi negara.
“Sekarang statusnya Menko PMK bukan MC hajatan. Sekali omong nyenggol satu organisasi, efeknya bisa viral dan bikin grup WA alumni HMI meledak,” tegas Arief.
Sebagai penutup, Arief menyerukan pentingnya saling menghargai antarorganisasi mahasiswa. Ia mengingatkan bahwa PMII, HMI, GMNI, KAMMI, dan lainnya memiliki sejarah serta kontribusi yang khas dan tak bisa dibandingkan secara sembrono.
“Kita saling respek aja lah. Persaingan boleh, tapi jangan pakai sindiran murahan,” pungkasnya.