Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Opini » Pengusaha Rokok di Sumenep Ibarat Rot Sorot Gentong: Mengkilap di Luar, Keropos di Dalam

Pengusaha Rokok di Sumenep Ibarat Rot Sorot Gentong: Mengkilap di Luar, Keropos di Dalam

  • account_circle Redaksi
  • calendar_month 12 jam yang lalu
  • visibility 44

OPINI, Klik Times – Di balik gemerlap industri rokok di Kabupaten Sumenep, terdapat realitas kelam yang tak lagi bisa disangkal. Bisnis yang tampak makmur ini ternyata menyimpan kebusukan yang sistemik, terorganisir dan dibiarkan mengakar.

Ungkapan “rot sorot gentong” menggambarkan dengan tepat wajah para pengusaha rokok ilegal di daerah ini. Mereka terlihat sukses dari luar, pabrik beroperasi, tenaga kerja terserap bahkan sumbangan sosial mengalir deras tapi sebenarnya rapuh dan penuh tipu daya.

Sebagian besar dari mereka menjalankan usahanya secara ilegal. Produksi dilakukan tanpa izin resmi, distribusi tanpa cukai dan pemasaran tanpa etika. Negara pun dirugikan hingga miliaran rupiah setiap tahunnya akibat ulah segelintir orang tamak.

Yang lebih menyakitkan, mereka justru dielu-elukan oleh sebagian masyarakat karena dianggap dermawan, aktif dalam kegiatan keagamaan dan suka berbagi. Padahal semua itu dilakukan untuk menutupi jejak kecurangan mereka yang merusak sistem.

Uang haram dari rokok ilegal dipoles seolah menjadi berkah. Mereka mendanai pembangunan musala, menyumbang saat Ramadan bahkan jadi donatur acara-acara desa. Sayangnya, masyarakat jarang menanyakan asal-muasal uang yang dibagi itu.

Kondisi ini menunjukkan betapa lemahnya kesadaran publik terhadap keadilan ekonomi dan integritas hukum. Ketika pelanggar justru dimuliakan, maka hancurlah nilai moral dan kejujuran di tengah masyarakat.

Celakanya, aparat penegak hukum pun tampak gamang dan penuh kompromi. Kasus pelanggaran cukai ibarat gunung es—tampak kecil di permukaan, namun membesar di dalam sistem. Ada rasa takut atau mungkin kenyamanan dari pembiaran.

Di beberapa desa, keberadaan pabrik rokok ilegal sudah menjadi rahasia umum. Namun langkah tegas seolah hanya mimpi. Ketika warga melapor, tak jarang malah dianggap “mengganggu stabilitas”. Aparat yang seharusnya bertindak justru abai.

Ini bukan sekadar urusan cukai dan pemasukan negara. Ini soal integritas negara dalam menegakkan hukum dan menjamin keadilan. Jika pembiaran terus terjadi, maka hukum hanya akan jadi alat formalitas bukan pelindung masyarakat.

Hukum yang tumpul ke atas namun tajam ke bawah adalah bentuk pengkhianatan terhadap prinsip negara hukum. Ketika rakyat kecil diburu karena kesalahan kecil, sementara pengusaha besar dilindungi karena kekayaan, keadilan telah mati.

Rokok ilegal bukan hanya soal pajak yang tak dibayar. Ia adalah perusak pasar. Produk-produk resmi yang taat aturan tersingkir karena kalah harga. UMKM jujur pun terancam bangkrut karena tak mampu bersaing dengan sistem kotor ini.

Lebih jauh, pembiaran terhadap bisnis ilegal akan menciptakan budaya baru: membenarkan kesalahan demi keuntungan. Anak-anak muda pun tumbuh dengan contoh buruk bahwa jalan pintas lebih menguntungkan daripada kerja keras.

Pemerintah daerah semestinya sadar bahwa efek domino dari bisnis ilegal ini sangat luas. Mulai dari ketimpangan ekonomi, pelemahan hukum, hingga kerusakan moral generasi muda. Ini bukan sekadar soal ekonomi lokal tapi soal masa depan daerah.

Sumenep sebenarnya memiliki potensi besar di bidang pertanian, perikanan dan pariwisata. Namun sayangnya, perhatian lebih besar justru tercurah pada bisnis rokok yang penuh kontroversi dan sarat kepentingan pribadi.

Ironisnya, banyak pengusaha rokok ilegal yang masuk ke dalam lingkaran kekuasaan lokal. Mereka diduga ikut bermain dalam proses politik, membiayai kampanye bahkan menyusupi kebijakan melalui jalur “kedekatan” dengan pengambil keputusan.

Ketika bisnis ilegal menyatu dengan kekuasaan, maka rakyat hanya jadi penonton. Setiap laporan masyarakat bisa dibungkam, setiap kebijakan bisa diarahkan dan setiap kecurangan bisa dimaklumi. Inilah bahaya utama dari oligarki lokal.

Kita tak bisa berharap banyak dari regulasi jika pelaksanaannya tumpul. Sebab, hukum tanpa keberanian hanyalah teks kosong. Yang dibutuhkan sekarang adalah integritas dan ketegasan dari aparat, serta keberpihakan nyata pada kepentingan publik.

Sumenep butuh pengusaha rokok yang jujur, yang patuh aturan, dan bersedia berkontribusi secara legal pada daerah. Bukan mereka yang bersembunyi di balik kabut asap dan manipulasi sosial. Apalagi jika terus-menerus mengandalkan citra baik semu.

Sebagian dari mereka mungkin berdalih bahwa mereka membantu rakyat kecil lewat lapangan kerja. Tapi pekerjaan yang dibangun di atas pelanggaran adalah ketidakadilan baru. Itu bukan solusi, tapi jebakan bagi masyarakat miskin.

Alih-alih membuka masa depan cerah, sistem semacam ini justru memperpanjang ketergantungan masyarakat pada ekonomi abu-abu. Sumenep akan sulit tumbuh jika terus dibebani oleh sistem gelap yang menyamar sebagai penyelamat.

Kita perlu menumbuhkan budaya kritis di tengah masyarakat. Jangan hanya menilai dari seberapa banyak sumbangan seseorang, tapi lihat pula dari mana asal kekayaan itu. Integritas sosial harus dibangun dari kejujuran, bukan dari pencitraan.

Media, organisasi masyarakat sipil, dan kampus juga harus terlibat aktif dalam mengedukasi publik soal bahaya rokok ilegal. Kita tak bisa terus-menerus menyerahkan masalah ini pada pemerintah, apalagi jika pemerintahnya sendiri ikut bermain.

Anak muda harus jadi motor perubahan. Mereka harus diberi ruang berpikir kritis, diberi akses informasi, dan diajak membangun masa depan tanpa ketergantungan pada bisnis curang. Edukasi menjadi benteng utama melawan narasi palsu para pelanggar.

Rot sorot gentong hanyalah metafora. Tapi ia telah menjelma menjadi kenyataan pahit di Sumenep. Tampak megah dari luar, padahal hancur di dalam. Kita tak boleh membiarkan penipuan ini berlangsung lebih lama.

Apakah kita akan terus mendiamkan kerakusan ini atau akan mulai menyuarakan perlawanan dengan cara-cara yang beradab? Pilihannya kini ada di tangan kita semua—warga, pemimpin, aparat dan terutama hati nurani.

Sumenep butuh keberanian baru. Bukan sekadar keberanian menindak, tapi juga keberanian melawan budaya permisif. Keberanian untuk berkata bahwa yang salah tetap salah, meski ia tampak berjasa.

Jika tidak, negeri ini akan seperti gentong bocor. Nampak utuh dari luar, namun tidak mampu menampung harapan dan cita-cita. Kita akan kehilangan masa depan hanya karena membiarkan segelintir orang menjarah yang seharusnya menjadi milik bersama.

***

**) Opini Ditulis oleh Samaudin, yang akrab disapa Udiens Nyalonong, merupakan Manager Memoonline.co.id sekaligus wartawan senior di Kota Keris, Sumenep, Madura, Jawa Timur.

**) Tulisan opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan tidak termasuk tanggung jawab media klik Times.id

**) Rubrik terbuka untuk umum. Panjang tulisan maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata.

**) Artikel Dikirim ke email resmi redaksikliktimes@gmail.com.

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirimkan apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi Klik Times.id.

  • Penulis: Redaksi

Rekomendasi Untuk Anda

  • HUT Bhayangkara ke-79, PSHT Sumenep Doakan Polri Semakin Profesional dan Dicintai Masyarakat

    HUT Bhayangkara ke-79, PSHT Sumenep Doakan Polri Semakin Profesional dan Dicintai Masyarakat

    • calendar_month Rab, 18 Jun 2025
    • account_circle M. Darol
    • visibility 54
    • 0Komentar

    SUMENEP – Menyambut Hari Bhayangkara ke-79, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Sumenep Pusat Madiun menyampaikan ucapan selamat kepada Kepolisian Republik Indonesia (Polri), seraya mendoakan agar institusi kepolisian semakin profesional dan dicintai masyarakat. Ucapan tersebut disampaikan langsung oleh Ketua PSHT Cabang Sumenep, Abdul Razak, mewakili seluruh jajaran pengurus dan anggota PSHT se-Cabang Sumenep, pada Rabu […]

  • SKK Migas-KEI Tegaskan Survei Seismik di Kangean Sumenep Pakai Teknologi Canggih OBN

    SKK Migas-KEI Tegaskan Survei Seismik di Kangean Sumenep Pakai Teknologi Canggih OBN

    • calendar_month Kam, 19 Jun 2025
    • account_circle M. Faizi
    • visibility 39
    • 0Komentar

    SUMENEP – SKK Migas bersama Kangean Energy Indonesia (KEI) menggelar sosialisasi survei seismik 3D di zona perairan dangkal West Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Survei ini disebut menggunakan teknologi terbaru berbasis Ocean Bottom Nodal (OBN) untuk mendapatkan data geologi bawah laut secara lebih akurat. Kegiatan sosialisasi dimulai dari Kantor Kecamatan Arjasa, lalu berlanjut ke Desa […]

  • Saat Ketua Banggar Tak Lagi Menakutkan

    Saat Ketua Banggar Tak Lagi Menakutkan

    • calendar_month Sel, 1 Jul 2025
    • account_circle Redaksi
    • visibility 108
    • 0Komentar

    OPINI, Klik Times – Tulisan ini untuk Amran Sulaiman, Menteri yang lagi trend di TikTok. Pak Menteri yang kami cintai, kini Sumenep tercekik di tengah guyuran APBN. Ironinya, BSPS, PIP, Upland dan APBN lain, terjadi masalah di tanah kelahiran Ketua Banggar DPR RI sendiri. Sejak 2022, dana 60 miliar lebih untuk satu program UPLAND saja. Uang […]

  • Senator DPD RI Puji UIN Malang Sebagai Kampus Inklusif, Cantik dan Siap Go Global

    Senator DPD RI Puji UIN Malang Sebagai Kampus Inklusif, Cantik dan Siap Go Global

    • calendar_month Rab, 18 Jun 2025
    • account_circle Redaksi
    • visibility 62
    • 0Komentar

    MALANG – Senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia, Dr. Lia Istifhama, memberikan apresiasi tinggi terhadap Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang yang dinilainya sebagai kampus inklusif dan berprestasi di tingkat nasional maupun internasional. Dalam kunjungannya ke kampus tersebut, Neng Lia sapaan karibnya menyebut UIN Malang layak dijadikan contoh bagi perguruan tinggi lain […]

  • SMSI Siap Gandeng Bea Cukai Gerebek Sarang Rokok Ilegal di Lenteng! 30 Lebih PR Diduga Beroperasi Ilegal

    SMSI Siap Gandeng Bea Cukai Gerebek Sarang Rokok Ilegal di Lenteng! 30 Lebih PR Diduga Beroperasi Ilegal

    • calendar_month Jum, 4 Jul 2025
    • account_circle Redaksi
    • visibility 51
    • 0Komentar

    SUMENEP – Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kabupaten Sumenep tak tinggal diam menghadapi maraknya produksi rokok ilegal yang merugikan negara. Dengan data dan bukti yang telah dikantongi, SMSI siap mengajak Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai (KPPBC) Madura untuk turun langsung melakukan inspeksi ke Dusun Angsanah, Desa Lenteng Barat, Kecamatan Lenteng yang diduga menjadi sarang […]

  • Bangunan PKBM Al-Masthuriyah di Basoka Sumenep Diduga Fiktif, Warga Pertanyakan Keberadaan Gedung dan Fasilitas

    Bangunan PKBM Al-Masthuriyah di Basoka Sumenep Diduga Fiktif, Warga Pertanyakan Keberadaan Gedung dan Fasilitas

    • calendar_month Sen, 23 Jun 2025
    • account_circle Redaksi
    • visibility 208
    • 0Komentar

    SUMENEP – Keberadaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Al-Masthuriyah di Dusun Basoka Tengah, Desa Basoka, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur tengah menjadi sorotan publik. Lembaga pendidikan nonformal tersebut diduga tidak memiliki fasilitas belajar mengajar yang memadai bahkan disinyalir fiktif. Warga setempat mempertanyakan eksistensi fisik gedung PKBM tersebut. Mereka mengaku tidak pernah melihat bangunan yang […]

You cannot copy content of this page

expand_less