Hari Krida Pertanian Nasional, Momentum Menguatkan Semangat Pelaku Agrikultur Indonesia
- account_circle Redaksi
- calendar_month Jum, 20 Jun 2025
- visibility 53

Pematang Sawah (Foto:zi).
JAKARTA – Setiap tanggal 21 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Krida Pertanian Nasional (HKPN) sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi para petani, peternak, dan pelaku agribisnis yang telah menjadi ujung tombak sektor pertanian nasional.
Peringatan ini tak sekadar seremoni melainkan pengingat atas pentingnya kontribusi sektor pertanian dalam menjaga ketahanan pangan, keberlanjutan sumber daya alam, serta stabilitas ekonomi nasional.
Pranata Mangsa, Warisan Leluhur yang Masih Relevan
Penetapan 21 Juni sebagai Hari Krida Pertanian bukan tanpa alasan. Tanggal tersebut merujuk pada awal musim tanam dalam sistem penanggalan tradisional yang dikenal sebagai Pranata Mangsa.
Sistem ini telah digunakan turun-temurun oleh masyarakat agraris di Indonesia, khususnya di Jawa dan sebagian wilayah lain dalam menyusun jadwal bercocok tanam, memanen bahkan melaut. Berdasarkan peredaran matahari selama satu tahun penuh, Pranata Mangsa membagi satu tahun menjadi 12 musim, masing-masing dengan karakteristik cuaca, curah hujan, arah angin, serta potensi serangan hama dan penyakit tanaman.
Dikutip dari situs resmi Kementerian Pertanian RI, Pranata Mangsa masih menjadi pedoman yang relevan bagi banyak petani tradisional, khususnya di tengah perubahan iklim yang menuntut adaptasi berbasis kearifan lokal.
Simbol Harapan dan Awal Kehidupan Baru
Secara simbolik, 21 Juni tidak hanya menandai permulaan musim tanam, tetapi juga menjadi refleksi siklus kehidupan agraris: dari benih hingga panen, dari kerja keras hingga rasa syukur.
Bulan Juni hingga Juli dikenal sebagai masa panen sejumlah komoditas unggulan seperti kopi, lada, dan cengkeh. Momentum ini juga menjadi saat yang tepat bagi petani untuk melakukan evaluasi hasil produksi, menyusun rencana usaha tani, dan memperkuat jejaring usaha agribisnis.
Ragam Peringatan di Berbagai Daerah
Peringatan Hari Krida Pertanian dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan. Mulai dari doa bersama sebagai ungkapan syukur, gelar hasil pertanian, pemberian penghargaan bagi petani berprestasi, hingga pameran teknologi pertanian yang memperkenalkan inovasi bagi peningkatan produktivitas.
Di sejumlah daerah, pemerintah daerah bekerja sama dengan kelompok tani, koperasi, dan sekolah pertanian untuk menggelar penyuluhan, edukasi, serta pelatihan bagi petani muda. Langkah ini menjadi bagian dari strategi memperkuat regenerasi petani sekaligus mendorong transformasi sektor pertanian menuju sistem yang lebih berkelanjutan dan modern.
Lebih dari Sekadar Seremoni
Hari Krida Pertanian bukan hanya selebrasi. Ia merupakan pengingat kolektif bahwa pertanian adalah pilar kehidupan. Tanpa kerja keras petani, roda pangan nasional bisa tersendat. Tanpa inovasi dan keberpihakan, sektor ini bisa tertinggal dalam persaingan global.
Pemerintah pun terus mendorong berbagai program strategis, seperti digitalisasi pertanian, intensifikasi lahan, bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan), serta integrasi data pertanian nasional sebagai upaya modernisasi sektor ini.
Harapan untuk Pertanian Indonesia
Di tengah berbagai tantangan, mulai dari perubahan iklim, alih fungsi lahan hingga fluktuasi harga komoditas, para pelaku utama pertanian Indonesia tetap menunjukkan ketangguhan. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang menjaga meja makan tetap penuh.
Melalui Hari Krida Pertanian Nasional, seluruh pihak diajak untuk menghormati peran petani, mendukung kebijakan yang berpihak kepada mereka, dan membangun ekosistem agribisnis yang adil dan berkelanjutan.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, pertanian Indonesia bukan hanya bisa bertahan, tetapi juga tumbuh menjadi kekuatan ekonomi nasional yang mandiri dan tangguh.
- Penulis: Redaksi
- Sumber: Detik.com