Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Opini » Rokok New Humer: Si Pendatang Haram yang Kini Nyaris Jadi Warga Tetap di Sumenep

Rokok New Humer: Si Pendatang Haram yang Kini Nyaris Jadi Warga Tetap di Sumenep

  • account_circle M. Faizi
  • calendar_month Jum, 20 Jun 2025
  • visibility 87

OPINI, KLIKTIMES – Kalau orang menyebut Sumenep sebagai Bumi Sumekar karena keharumannya dalam seni, budaya dan ketenangan hidup pesantren, kini istilah itu seolah mendapat tafsir baru. Harum, betul. Tapi harum karena asap. Asap rokok ilegal. Dan kini, ada satu nama baru yang ikut meramaikan daftar panjang itu: Rokok New Humer.

Ya, rokok tanpa pita cukai itu kini beredar seperti selebaran kampanye: bebas, tanpa kontrol dan dijual di mana-mana. Kami menyusuri beberapa toko kelontong di pelosok kecamatan di Sumenep. Hasilnya tak sulit menemukan New Humer seperti mencari garam di laut, sangat mudah.

Bayangkan saja: rokok tanpa pita cukai yang secara hukum bisa dikategorikan haram administratif, namun bisa dibeli bebas. Seperti imigran gelap yang sudah lama tinggal di negeri orang tapi belum juga dideportasi. Tidak diurus bahkan seolah diberi karpet merah.

Tak cuma itu. Informasi yang kami himpun menyebutkan bahwa New Humer bukan produk lokal Sumenep. Ia dikabarkan datang dari “kota tetangga” yang punya label religius: Gerbang Salam. Artinya, Humer ini “mudik” ke Sumenep. Ia datang dan kini nyaris jadi warga tetap. Bebas masuk pasar. Bebas masuk toko. Bebas masuk paru-paru rakyat kecil.

Rokok Humer.

Dan kalau informasi itu benar bahwa New Humer diproduksi di wilayah kota santri yang diduga dikendalikan oleh “sultan bisnis rokok”, maka kita bisa membayangkan bagaimana tata niaga gelap ini bekerja terstruktur, sistematis dan nyaris legal dalam praktik meski ilegal di atas kertas.

Pertanyaan besarnya: di mana Bea Cukai Madura?

Apakah kantor itu benar-benar bekerja untuk negara atau justru sudah lelah melawan arus dan kini memilih diam di tepian sambil menonton parade rokok ilegal lewat tiap hari?

Padahal secara geografis, kantor Bea Cukai se-Madura itu bukan berada di jantung industri. Ia justru terletak di jalur tengah. Tepatnya, urutan kedua jika Anda melaju dari timur: Sumenep, lalu Pamekasan baru kemudian Sampang dan Bangkalan. Artinya, secara strategis, ia seharusnya bisa mencium aroma pelanggaran dari arah mana pun. Timur pun ya bisa, barat pun iya.

Tapi anehnya, justru dari arah timur itu, Sumenep dan sekitarnya, rokok tanpa cukai terus tumbuh subur, Ilegal secara dokumen tapi legal di warung-warung.

Dugaan saya, jangan-jangan, ini hanya kemungkinan aparat kita sudah lelah berkata “tidak”. Seperti Sun Tzu dalam babak kedua, mereka tak lagi bertarung secara terang-terangan tapi ikut bermain dalam medan perang yang dikendalikan para taipan rokok tanpa cukai.

Lihat saja pola peredarannya. Tak lagi sembunyi-sembunyi. Bahkan para penjual tak merasa takut jika ditanya tentang asal barang. “Sudah biasa, Mas,” kata seorang pemilik warung di selatan kota. “Banyak yang nyari New Humer sekarang.”

Humer, dalam hal ini bukan hanya merek. Tapi simbol. Simbol tentang bagaimana regulasi bisa dilipat. Bagaimana negara bisa dikalahkan. Dan bagaimana hukum bisa tunduk pada kepentingan ekonomi segelintir orang.

Dan ironinya, jika semua ini terus dibiarkan, kita mungkin harus bersiap: Sumenep tak lagi hanya dikenal sebagai kota keris tapi juga kota tanpa cukai. Sebuah ironi di tengah seruan “Indonesia Emas 2045”.

Teriring demikian, menegaskan kembali penuturan informan kami bahwa jika benar merek rokok Humer ini bersumber dari kota Gerbang Salam, maka ini sungguh menggelikan.

Karena begini, kalau kita analogikan dalam logika dakwah Nabi, maka setiap perubahan harus dimulai dari diri sendiri “Ibda’ binafsik”, tapi merek rokok Humer ini persebarannya malah menyebar dari “rumah sendiri”.

Konteks kita dalam catatan ini berbicara soal rokok ilegal. Bukan hanya sekadar soal rokok tapi soal regulasi yang dipelintir, pengawasan yang bolong dan logika negara yang kabur.

Tak heran kalau kemudian banyak yang berseloroh, “Bea Cukai sekarang di bawah ketiak pengusaha.” Ini bukan sekadar idiom, Ini diksi yang penuh tafsir. Bisa berarti tunduk. Bisa berarti terdapat orang dalam (Ordal: kata Anies Baswedan). Bisa pula berarti pura-pura tak tahu atau memang benar-benar tidak tahu?

Tapi saya pribadi, sebagai warga yang masih punya harapan, haqqul yakin: Bea Cukai tahu. Mereka tidak buta. Mereka tidak tuli. Hanya saja, mungkin… terlalu lama tertidur dalam selimut keadaan. Tertidur hingga lupa bahwa pekerjaan mereka adalah berjaga. Kalian masih belum percaya?

Coba buka jejak digital. Ketik saja “Rokok New Humer”. Maka Anda akan menemukan bahwa merek ini pernah tertangkap. Bukan di Sumenep. Bukan di Madura. Tapi di wilayah strategis lintas Jawa-Sumatera.

Dilansir dari tayangan Media Pos Kota Sabtu (9/11)2024), sebanyak 144 ribu bungkus rokok Humer disita dari truk boks bernopol E 9163 HG diamankan oleh tim gabungan Subdit Indag Ditreskrimsus Polda Banten dan Bea Cukai Merak. Artinya, mereka bisa. Artinya, instrumen pengawasan itu ada. Dan artinya: kalau mau, pasti bisa. Lalu mengapa di Madura bisa lolos, Mengapa di Sumenep bisa bebas, Apakah karena terlalu dekat hingga tak terlihat atau justru terlalu jauh hingga tak terjangkau atau jangan-jangan… karena yang terlibat terlalu besar?

Mungkin sudah waktunya kita berhenti bersikap naif. Negara tidak boleh kalah oleh segelintir pemain. Dan Bea Cukai sebagai lembaga negara tak boleh terus menerus dianggap sebagai penonton dalam sirkus dagang ilegal.

Sumenep layak mendapatkan udara bersih.

Bukan asap bisnis yang kabur status.

Dan kini, kami hanya menengadahkan harap. Mungkinkah Bea Cukai Madura perkasa dalam menjalankan fungsi regulasi sesuai khittahnya atau bagaimana?

Wallahu A’lam, Kita tunggu saja i’tikad baiknya. Masyarakat percaya sepenuhnya.

  • Penulis: M. Faizi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Skandal Miliaran Rupiah RSUD Anwar Sumenep! Dear Jatim Desak Polisi Seret Dirut ke Meja Hijau

    Skandal Miliaran Rupiah RSUD Anwar Sumenep! Dear Jatim Desak Polisi Seret Dirut ke Meja Hijau

    • calendar_month Rab, 2 Jul 2025
    • account_circle Redaksi
    • visibility 93
    • 0Komentar

    SUMENEP – Aroma skandal besar kembali menyeruak dari tubuh pelayanan publik Kabupaten Sumenep. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. H. Moh. Anwar dan 30 Puskesmas di bawah Dinas Kesehatan Sumenep kini berada di ujung sorotan tajam publik. Organisasi Demokrasi dan Aspirasi Rakyat Jawa Timur (Dear Jatim) secara tegas mendesak Unit Tindak Pidana Korupsi Satreskrim Polres […]

  • Drama Migas di Ujung Madura

    Drama Migas di Ujung Madura

    • calendar_month Rab, 18 Jun 2025
    • account_circle Fauzi As
    • visibility 97
    • 0Komentar

    OPINI, Klik Times – Negara sedang rajin bekerja. SKK Migas dan PT Kangean Energy Indonesia (KEI) mereka turun ke laut. Bukan untuk memancing ikan, tapi memancing harapan. Harapan untuk menambal APBN yang bolong, menambang migas dari perut laut Kangean. Apa salah negara mencari pemasukan? Tentu tidak. Tapi apakah caranya harus dengan mengguncang dasar laut dan […]

  • Senator DPD RI Puji UIN Malang Sebagai Kampus Inklusif, Cantik dan Siap Go Global

    Senator DPD RI Puji UIN Malang Sebagai Kampus Inklusif, Cantik dan Siap Go Global

    • calendar_month Rab, 18 Jun 2025
    • account_circle Redaksi
    • visibility 64
    • 0Komentar

    MALANG – Senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia, Dr. Lia Istifhama, memberikan apresiasi tinggi terhadap Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang yang dinilainya sebagai kampus inklusif dan berprestasi di tingkat nasional maupun internasional. Dalam kunjungannya ke kampus tersebut, Neng Lia sapaan karibnya menyebut UIN Malang layak dijadikan contoh bagi perguruan tinggi lain […]

  • BEM STITA Sumenep Sukses Gelar Seminar Internasional, Soroti Tantangan AI dalam Pendidikan Islam

    BEM STITA Sumenep Sukses Gelar Seminar Internasional, Soroti Tantangan AI dalam Pendidikan Islam

    • calendar_month Kam, 19 Jun 2025
    • account_circle Raya
    • visibility 31
    • 0Komentar

    SUMENEP – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Aqidah Usymuni (STITA) Sumenep berhasil menyelenggarakan Seminar Internasional bertajuk “Transformasi Pendidikan Islam Global dalam Membangun Mahasiswa Berintegritas dan Perguruan Tinggi yang Unggul di Tengah Tantangan Artificial Intelligence (AI)”. Acara yang digelar pada Rabu (18/6/2025) di Rumah Dinas Bupati Sumenep ini berlangsung meriah dan penuh antusiasme. […]

  • Meriah dan Penuh Haru, HIMDA ke-XXV Pondok Pesantren Nurud Dhalam Sumenep Berlangsung Khidmat

    Meriah dan Penuh Haru, HIMDA ke-XXV Pondok Pesantren Nurud Dhalam Sumenep Berlangsung Khidmat

    • calendar_month Kam, 26 Jun 2025
    • account_circle Redaksi
    • visibility 41
    • 0Komentar

    SUMENEP – Yayasan Pondok Pesantren Nurud Dhalam, Dasuk Timur, Kabupaten Sumenep kembali menggelar Haflatul Imtihan dan Wisuda Santri (HIMDA) ke-XXV tahun 2025. Acara yang berlangsung selama tiga hari, mulai 23 hingga 25 Juni 2025 ini berlangsung meriah, penuh makna, dan disambut antusias oleh ratusan wali murid, alumni dan masyarakat sekitar. Agenda tahunan tersebut bukan sekadar […]

  • DKPP Sumenep Genjot Inovasi Pupuk Organik, Targetkan Pola Makan Sehat

    DKPP Sumenep Genjot Inovasi Pupuk Organik, Targetkan Pola Makan Sehat

    • calendar_month Sen, 30 Jun 2025
    • account_circle Redaksi
    • visibility 22
    • 0Komentar

    SUMENEP – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Sumenep terus memacu pengembangan pupuk organik. Tujuannya bukan cuma soal hasil panen, tapi juga demi menciptakan pola konsumsi masyarakat yang lebih sehat. Kepala DKPP Sumenep, Chainur Rasyid, menyebut bahwa arah kebijakan pertanian saat ini harus mulai bergeser. Dari sekadar mengejar produksi tinggi ke arah kualitas pangan […]

You cannot copy content of this page

expand_less