SUMENEP | KLIKTIMES.ID – Polemik antara anggota Koramil 0827/07 Guluk-Guluk dengan panitia Haul Kiai Abdullah Sajjad terkait kabel listrik akhirnya berakhir damai. Ketegangan yang sempat memanas itu mencair setelah kedua belah pihak sepakat menyelesaikan masalah melalui jalur musyawarah.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh Ketua MWC NU Guluk-Guluk, KH. Widadi Rohim, pengurus Ansor Cabang Sumenep, Hasdani Roi, Ketua PAC Ansor Guluk-Guluk, perwakilan IPNU, panitia haul, serta Danramil 0827/07 Guluk-Guluk, Kapten Arh Bernawi bersama anggotanya.
Dalam pertemuan tersebut, Danramil 0827/07 Guluk-Guluk, Kapten Arh Bernawi, menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada panitia haul. Ia mengakui peristiwa yang sempat menimbulkan ketegangan terjadi akibat miskomunikasi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saya Danramil 0827/07 Kecamatan Guluk-Guluk mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada panitia Haul Kiai Abdullah Sajjad. Karena satu hal miskomunikasi, masalah ini sudah kami selesaikan secara musyawarah dan mufakat,” ujar Kapten Arh Bernawi, Minggu (31/8/2025).
Permohonan maaf tersebut diterima dengan lapang dada oleh Ketua PAC Ansor Guluk-Guluk, Kholqi, yang juga menjadi penanggung jawab kegiatan. Ia menegaskan pentingnya menjaga sinergi antar lembaga demi kelancaran agenda keagamaan maupun sosial di masyarakat.
“Dengan hati terbuka kami menerima permohonan maaf dari Danramil 0827/07. Semoga ke depan kita bisa menjalin kerja sama yang baik, khususnya untuk kegiatan Ansor dan umumnya untuk masyarakat Kecamatan Guluk-Guluk,” kata Kholqi.
Sementara itu Kiai Widadi Rohim yang hadir sebagai penengah menekankan pentingnya tradisi tabayyun (klarifikasi) yang selama ini menjadi ajaran dan budaya warga Nahdlatul Ulama (NU). Menurutnya, dengan tabayyun, setiap persoalan dapat diselesaikan dengan kepala dingin tanpa menimbulkan perpecahan.
“Ketegangan yang sempat muncul ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Dalam NU, tabayyun adalah tradisi yang harus dijaga, agar tidak terjadi kesalahpahaman yang berlarut-larut,” kata Kiai Widadi.
Pertemuan itu ditutup dengan jabat tangan antara kedua belah pihak sebagai simbol perdamaian sekaligus komitmen untuk menjaga komunikasi, keharmonisan, dan kebersamaan di masa mendatang.