SUMENEP | KLIKTIMES.ID – Baru beberapa pekan menjabat sebagai Ketua Persaudaraan Kepala Desa Indonesia (PKDI) Kabupaten Sumenep, Ubaid Abdul Hayat langsung menuai kritik tajam.
Bukan pujian yang datang, melainkan sorotan keras dari Aliansi Pemuda Reformasi Melawan (Alarm) yang menilai pernyataannya terlalu prematur dan berpotensi menjadi sumber perpecahan di tubuh PKDI.
Sebelumnya, Ubaid menyebut dugaan tindak kekerasan yang melibatkan Kepala Desa Sapeken, Joni Junaidi, sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan. Ia bahkan menegaskan PKDI tidak akan memberi perlindungan hukum kepada kepala desa yang terjerat kasus.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pernyataan tersebut sontak menuai reaksi. Aliansi Alarm menilai sikap Ubaid terlalu dini, tendensius, dan bisa menimbulkan keresahan di kalangan kepala desa.
“Pernyataan itu jelas tidak matang. Ia seperti memposisikan diri sebagai hakim, padahal fakta hukumnya belum tentu terang. Kalau Ketua PKDI sudah berbicara dengan nada menghakimi, bagaimana nasib Kades lain? Mereka bisa merasa was-was, khawatir, bahkan tidak percaya lagi terhadap PKDI,” ujar Syaiful Bahri, perwakilan Alarm.
Menurut Syaiful, seorang pemimpin seharusnya mampu merangkul dan menciptakan keteduhan. Ia bahkan membandingkan gaya kepemimpinan Ubaid dengan mantan Ketua Asosiasi Kepala Desa (AKD) Sumenep, Miskun Legiyino.
“Kalau Miskun dulu selalu mengedepankan jalan persuasif ketika anak buahnya terjerat masalah. Ia memilih pendekatan dan menggali fakta yang sebenarnya,” tegasnya.
Alarm mengingatkan, gaya kepemimpinan Ubaid yang terkesan gegabah bisa menjadi “api dalam sekam” yang sewaktu-waktu memicu konflik horizontal antar kepala desa.
“Seorang Ketua PKDI mestinya bicara soal program kerja, memperjuangkan hak-hak desa, dan memperkuat sinergi. Bukan malah mencari panggung lewat komentar kontroversial. Kalau begini terus, PKDI Sumenep bisa kehilangan marwah dan berubah jadi arena konflik,” kata Syaiful.
Terpisah, Ubaid Abdul Hayat tidak membantah ucapannya yang telah ramai diberitakan media.
“Ya benar, mas,” jawabnya singkat dalam keterangannya, Kamis (21/8/2025).
Langkah awal Ubaid sebagai Ketua PKDI Sumenep kini meninggalkan tanda tanya. Alih-alih tampil sebagai pemimpin pemersatu, ia justru dinilai gegabah dan berpotensi memicu gejolak besar di internal organisasi.
Bagi pengkritiknya, PKDI seharusnya menjadi rumah besar bagi kepala desa, bukan sumber retakan. Seorang ketua dituntut menjadi simbol kebersamaan, menjaga marwah organisasi, sekaligus memastikan sinergi antar desa tetap terjaga demi mendukung pembangunan daerah.