SUMENEP | KLIKTIMES.ID – Kepala Desa (Kades) Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Joni Junaidi, tengah menjadi sorotan setelah dilaporkan oleh warganya atas dugaan penganiayaan.
Laporan tersebut diajukan Nadia (21), seorang perempuan muda, ke Polsek Sapeken pada Kamis (14/8). Ia mengaku mendapat perlakuan kasar dari sang kades sehari sebelumnya, Rabu (13/8), saat dirinya tengah membeli makanan dan minuman bersama seorang teman untuk dibawa ke dermaga baru.
Menurut pengakuan Nadia, secara tiba-tiba kades memanggilnya dan langsung menampar pipinya. “Kades bertanya kapan saya datang, lalu pipi saya langsung ditempeleng. Makanya saya lapor polisi,” ungkap Nadia, dikutip dari tkp86.com.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Nadia menegaskan dirinya tidak memiliki hubungan apapun dengan Joni Junaidi. Ia bahkan mengaku tidak mengetahui alasan pasti atas tindakan tersebut, meski menduga hal itu berkaitan dengan penampilannya.
“Kalau soal berpakaian, itu tergantung kita. Yang penting tidak merugikan orang lain,” ujarnya.
Terpisah, Joni Junaidi membantah tudingan bahwa dirinya melakukan penganiayaan. Ia memang mengakui sempat memukul bagian mulut Nadia, namun menolak jika hal itu disebut sebagai kekerasan.
Menurutnya, tindakan tersebut semata-mata merupakan bentuk pembinaan sebagai kepala desa kepada warganya. “Itu pembinaan saya selaku kepala desa ke warga,” tegas Joni.
Ia menilai penampilan Nadia dengan pakaian terbuka dan tato bertentangan dengan norma agama serta mencoreng marwah Desa Sapeken yang dikenal religius.
“Sapeken ini tidak sama dengan desa lain. Desa kami betul-betul menjaga norma dan marwah Islam,” ujarnya dikutip dari radarmadura.id.
Joni bahkan menyebut, pada 2024 lalu Nadia pernah menandatangani surat pernyataan untuk berpakaian sopan selama berada di wilayah Sapeken. Namun, menurutnya, perjanjian itu kembali dilanggar. “Kebetulan saya bertemu dengannya. Saat saya tanya baik-baik kapan datang, justru dibalas dengan tingkah yang tidak sopan,” tambahnya.
Pasca insiden ini ramai diperbincangkan, Joni mengaku dipanggil oleh tokoh agama setempat, KH AD Dailamy Abuhurairah. Menurutnya, tokoh tersebut memberikan dukungan penuh terhadap langkah yang ia ambil.
“Beliau sangat mendukung, karena Sapeken punya dua program besar: Sapeken Bersatu dan Sapeken Ibadah. Itu harus dijaga agar tetap menegakkan akhlak dan norma agama,” ujar Joni menegaskan.
Sementara itu, Kapolsek Sapeken AKP Taufik membenarkan adanya laporan dugaan penganiayaan yang dilayangkan Nadia terhadap Kades Sapeken. Ia memastikan pihaknya akan menindaklanjuti laporan tersebut sesuai prosedur hukum yang berlaku.
“Benar, ada laporan dari Nadia dengan terlapor Joni. Saat ini sedang kami proses sesuai prosedur,” ujar dalam keterangannya.