SUMENEP – Dalam semangat pengabdian bertema “Merah Putih”, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) POSKO 23 STKIP PGRI Sumenep menggelar Kolokium Strategis sebagai forum ilmiah untuk merumuskan program kerja berbasis hasil observasi lapangan di Desa Jadung, Kecamatan Dungkek, Senin (21/7/2025).
Kegiatan ini menjadi tindak lanjut dari survei dan studi diagnostik yang telah dilakukan sebelumnya. Kolokium dihelat sebagai ruang konsolidasi tim guna menyusun arah pengabdian yang kontekstual, adaptif dan berdampak nyata sesuai kebutuhan masyarakat desa.
Kolokium menjadi momen penting untuk mematangkan ide dan strategi kerja. Seluruh anggota POSKO 23 berperan aktif dalam menyampaikan temuan serta gagasan dari lima sektor utama: pendidikan, sosial, budaya, ekonomi dan kewirausahaan. Melalui pendekatan partisipatoris dan analitis, mereka memetakan berbagai potensi serta problematika yang dihadapi warga Desa Jadung.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketua POSKO 23, Subaydi, mengatakan bahwa forum ini merupakan bagian dari tanggung jawab moral dan akademik mahasiswa dalam menciptakan program yang berdampak dan berakar kuat pada realitas lokal.
“Kolokium ini bukan sekadar ruang diskusi, tapi bagian dari komitmen kami untuk menghadirkan solusi nyata bagi masyarakat,” ujarnya.
Senada dengan itu, Imam Maghrobi Jabir, selaku Divisi Acara, menjelaskan bahwa kolokium menjadi ajang integrasi ide antar divisi sekaligus menyelaraskan visi besar POSKO 23.
“Kami ingin setiap divisi saling terhubung dan membentuk satu langkah bersama agar KKN ini benar-benar transformatif dan bermakna,” tuturnya.
Kegiatan yang berlangsung di Kabupaten Sumenep ini dirancang dalam format diskusi kelompok terfokus dan presentasi lintas divisi. Masing-masing divisi menyampaikan hasil analisis temuan lapangan, lalu dilakukan penyelarasan untuk memastikan tidak terjadi tumpang tindih program.
Setiap usulan program ditinjau berdasarkan tiga indikator utama: urgensi masalah, kelayakan eksekusi dan dampak jangka panjang. Hasilnya, dirumuskan sejumlah program yang diharapkan bisa diimplementasikan secara konkret dan berkelanjutan oleh masyarakat setempat.
Kegiatan ini sejalan dengan visi besar KKN POSKO 23, yaitu:
“Menjadi katalisator transformatif dalam mengakselerasi kemajuan desa berbasis kolaborasi edukatif, kultural dan inovatif guna membangun masyarakat Desa Jadung yang mandiri, produktif dan berdaya saing melalui sinergi ilmu pengetahuan dan kearifan lokal.”
Dengan semangat kolaborasi dan pendekatan ilmiah, POSKO 23 merancang program yang tidak hanya menyelesaikan masalah permukaan, tapi menyentuh akar persoalan desa dan membuka jalan menuju kemandirian warga.
Dalam kolokium ini, tercetus sejumlah program unggulan yang dirancang untuk:
• Mendorong pemberdayaan masyarakat berbasis nilai nasionalisme dan progresivisme.
• Menggunakan pendekatan partisipatoris dan analitis dalam memetakan serta menyelesaikan masalah desa.
• Membentuk jejaring kolaboratif yang sinergis antara mahasiswa, pemerintah, masyarakat dan sektor swasta.
Semangat “Merah Putih” menjadi napas utama dalam setiap perencanaan. Lebih dari sekadar tema, ia menjadi simbol komitmen mahasiswa dalam menyumbang solusi nyata bagi desa.
“KKN bukan hanya soal tinggal di desa tapi tentang bagaimana kita bisa jadi bagian dari transformasi sosial di masyarakat,” pungkas Subaydi.